Bilangan 36:5-9

「Pewarisan dan menjaganya」

Oleh Lài Jiàn Guó (賴建國)
Alliance Bible Seminary H.K.

(Bil. 36:5-9 [ITB])
5 Lalu Musa memerintahkan kepada orang Israel sesuai dengan titah TUHAN: Perkataan suku keturunan Yusuf itu benar. 6 Inilah firman yang diperintahkan TUHAN mengenai anak-anak perempuan Zelafehad, bunyinya: Mereka boleh kawin dengan siapa saja yang suka kepada mereka, asal mereka kawin di lingkungan salah satu kaum dari suku ayah mereka.
7 Sebab milik pusaka orang Israel tidak boleh beralih dari suku ke suku, tetapi orang Israel haruslah masing-masing memegang milik pusaka suku nenek moyangnya. 8 Jadi setiap anak perempuan di antara suku-suku orang Israel yang telah mewarisi milik pusaka, haruslah kawin dengan seorang dari salah satu kaum yang termasuk suku ayahnya, supaya setiap orang Israel mewarisi milik pusaka nenek moyangnya. 9 Sebab milik pusaka itu tidak boleh beralih dari suku ke suku, tetapi suku-suku orang Israel haruslah masing-masing memegang milik pusakanya sendiri.』」

Bilangan 27 menyebutkan bahwa para anak perempuan Zelafehad meminta untuk mewarisi pusaka milik ayahnya karena ayahnya meninggal dan tidak mempunyai anak laki-laki. Jawaban Allah menetapkan aturan baru di Israel sehingga mereka dapat mewarisi pusaka milik ayah mereka. Namun, karena kurang memahami aturan ini maka kepala puak Zelafehad datang untuk bertanya kepada Musa. Poin-poin berikut dibahas:

• Kepala puak bertanya, ada hal yang mungkin dapat mengurangi milik pusaka suku tersebut (ayat 1-4): mereka khawatir jika para anak perempuan Zelafehad menikah dengan seseorang dari suku lain, tanah itu dengan sendirinya akan beralih menjadi milik suku lain di masa depan, maka tanah suku mereka relatif berkurang. Apalagi, bahkan hukum tahun Yobel hanya berlaku untuk tanah yang sudah dijual, dan tidak mengatur tentang pewarisan tanah pusaka, hal ini jelas bertentangan dengan niat semula untuk menjaga keutuhan tanah pusaka setiap suku.

• Allah menjawab bahwa mereka hanya dapat menikah dengan orang dari suku yang sama (ayat 5-9): Musa kembali bertanya kepada TUHAN (Yahweh), TUHAN setuju dengan keprihatinan mereka dan berpesan bahwa para anak perempuan Zelafehad diizinkan menikah sesuka hati, tetapi mereka harus menikah dengan seseorang dari marga yang sama dari suku ayah mereka, jangan sampai milik pusaka berpindah dari satu suku ke suku lainnya. Gagasan di balik aturan ini adalah bahwa setiap suku Israel memegang (dābaq) menjaga milik pusaka mereka sendiri (ayat 7, 9).

• Umat taat, para anak perempuan Zelafehad menurut (ayat 10-12): jadi Seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa, demikianlah diperbuat anak-anak perempuan Zelafehad. (ayat 10), mereka semua menikah dengan anak-anak lelaki dari pihak saudara-saudara ayah mereka, marga keturunan Manasye, sehingga milik pusaka tetap dalam suku yang sama.

Renungkan:
Dari perspektif manajemen konflik, hal ini menawarkan setidaknya dua pelajaran berharga:

Konflik sering kali muncul dari situasi baru. ketika orang Israel berada di Mesir dan padang gurun tidak ada masalah pewarisan, tetapi begitu mereka memasuki Kanaan, masalah pewarisan menjadi sangat penting. Titik berat konflik sering kali adalah perebutan sumber daya yang terbatas — dalam peristiwa ini, tanah; tetapi ini hanya titik berat yang dapat dilihat di permukaan, dan konflik kepentingan pribadi atau potensi yang ada di baliknya mungkin lebih penting. Para anak perempuan Zelafehad pasti ingin mempertahankan nama untuk ayah mereka, dan para kepala puak mereka bahkan lebih khawatir tentang hilangnya tanah di suku mereka di kemudian hari.

Hal terpenting untuk menyelesaikan konflik adalah membangun sistem. Musa membawa pertanyaan itu kepada TUHAN (Yahweh). Instruksi TUHAN tidak hanya menyelesaikan kasus ini, tetapi juga mengubah kasus menjadi aturan umum. Prinsip terpenting yang ditunjukkan dalam hal ini adalah menjaga tanah masing-masing suku, puak dan keluarga tetap utuh, serta tidak mengizinkan peralihan permanen. Karena tanah itu awalnya milik Allah, Dia menugaskan orang untuk mengelolanya. Ini juga menjadi pelajaran terpenting bagi bangsa Israel saat memasuki Tanah Perjanjian.

Mantan Perdana Menteri Inggris Winston Churchill: Jangan pernah biarkan krisis yang baik menjadi sia-sia (Never let a good crisis go to waste).

Tambahan penerjemah:
Jika milik pusaka orang Israel tidak boleh beralih dari suku ke suku sesama Israel umat Allah, tetapi orang Israel haruslah masing-masing memegang milik pusaka suku nenek moyangnya. Bagaimana dengan kita, apakah memegang dan menjaga pewarisan iman Kristen kepada anak cucu kita? Apakah anak cucu kita sebagai pemberian Allah, kita jaga agar tetap menjadi milik Tuhan Yesus? Apakah mereka kita didik sejak kecil untuk mementingkan memelihara hubungan yang baik dengan Tuhan Yesus melalui saat teduh setiap hari ataukah hanya mementingkan tugas-tugas sekolah saja?


Renungan pemahaman Kitab Bilangan 1-16

Renungan pemahaman Kitab Bilangan 17-36

Renungan pemahaman Surat atau Kitab yang lain


Diterjemahkan dari 「爾道自建 Ěr Dào Zì Jiàn」, tema Kitab Bilangan 17-36 ditulis oleh Lài Jiàn Guó (賴建國) yang dipublikasi pada bulan Nopember 2020 merupakan hak cipta (copyright) Alliance Bible Seminary H.K (建道神學院 Jiàn Dào Shén Xué Yuàn).


Renungan untuk Kalangan Kristen.


Iklan yang ada bukan milik blog ini, tetapi milik WordPress penyedia fasilitas blog tanpa biaya.